Fuso Update 02 August 2019

Kisah Seputar Supir Truk yang Perlu Anda Ketahui

Kisah seputar truk

Hidup di jalanan dengan beragam lika-liku yang dihadapi membuat supir truk memiliki banyak cerita unik. Durasi yang cukup lama dijalanan membuat mereka memiliki beragam kisah yang bisa dibagikan dan belum tentu dirasakan oleh para pengguna jalan lainnya. Tak jarang, kisah-kisah yang dimiliki oleh para supir truk menjadi ironi tersendiri atau bahkan menjadi cerita yang menarik untuk disimak. Berikut 4 hal seputar kisah supir truk yang perlu Anda ketahui.

Sering Dianggap Penyebab Macet
Membawa kendaraan dengan dimensi yang besar jelas merupakan tantangan tersendiri bagi para supir truk. Apalagi jika jalur yang dilalui bukanlah jalur utama dengan lebar jalan yang terbatas. Saat melewati jalur tersebut, tak jarang supir truk dianggap sebagai biang keladi kemacetan hingga menjadi sasaran kemarahan pengguna jalan lainnya yang merasa terhambat perjalanannya. Padahal, bisa jadi jalur tersebut merupakan satu-satunya jalur yang bisa ditempuh untuk mencapai tempat tujuan dan para supir truk juga dituntut untuk bisa menyesuaikan truk yang dibawa dengan lebar jalan yang terbatas.

Dikejar Waktu
Tidak hanya membawa barang dalam jumlah yang banyak dan dimensi yang besar, supir truk juga dituntut agar bisa sampai ke tempat tujuan dalam waktu yang telah ditentukan. Hal inilah yang dialami oleh Abdul Qodir, seorang supir truk yang membawa logistik dari Proboliggo, Jawa Timur menuju Jakarta. Dilansir oleh Tirto.id, Abdul Qodir membawa beragam komoditas pangan untuk masyarakat Jakarta ke Pasar Induk Kramat Jati dengan waktu tempuh hanya 24 jam saja. Sang supir, Abdul Qodir dituntut agar bisa sampai pada pukul 05.30 pada pagi hari agar barang tetap berada dalam kondisi terbaik dan bisa langsung dijual pada pagi harinya. Sayangnya, kemacetan seringkali menjadi hambatan dan tak jarang ia mengalami keterlambatan sampai pukul 08.30.

Kurang Tidur
Dikejar waktu, membuat para supir truk seperti Abdul Qodir dituntut untuk memiliki fisik yang prima agar tidak terlalu sering beristirahat. Apalagi para supir truk umumnya memilih perjalanan pada malam hari untuk meminimalisir terjadinya kemacetan. Akibatnya, biasanya para supir truk merasakan kurang tidur mengingat mereka harus bekerja pada malam hari agar bisa sampai tempat tujuan dalam waktu yang telah ditentukan.

Kondisi inilah yang dialami oleh Abdul Qodir dan rekannya Sokib saat mengantarkan barang dari Jawa Timur menuju Jakarta. Mereka harus bergantian tidur agar tetap bisa sampai ditujuan tanpa perlu mengambil risiko dengan memaksakan diri agar bisa mencapai tempat tujuan. Bahkan tempat tidur yang dimiliki juga sangat tidak memadai dan Abdul Qodir pun menyebut bahwa Ia tidur layaknya “Udang” yang menekuk kakinya.

Rela Meninggalkan Keluarga

Menempuh jalanan yang panjang hingga berhari-hari membuat para supir truk harus rela meninggalkan keluarganya. Hal ini lah yang dialami oleh I Wayan Partana seorang supir truk asal Bali yang biasa membawa barang di daerah Bali dengan truknya. Pada suatu waktu, Ia bahkan pernah mengalami pecah ban saat mengirim barang pada malam hari. Di waktu yang bersamaan, Ia juga mendapatkan kabar dari sang Istri bahwa anaknya tengah jatuh sakit. Pada momen tersebutlah, Partana merasa sedih dan perlu mendampingi keluarganya meski kondisinya tidak memungkinkan. Beruntung, anak dari I Wayan Partana menjadi salah satu penerima beasiswa dari PT Krama Yudha Tiga Berlian Mitsubishi Fuso pada tahun 2018 silam.

Sumber:

Berita 1
Berita 2
Berita 3